Bagian II
Oleh : Imam
Al-Ghazali ra.
mencintai musik, dan seterusnya. Ini adalah
sejenis cinta yang juga dimiliki oleh hewan-hewan. Tetapi ada indera keenam,
yakni fakultas persepsi, yang tertanamkan dalam hati dan tidak dimiliki oleh
hewan-hewan. Dengannya kita menjadi sadar akan keindahan dan keunggulan ruhani.
Jadi, seseorang yang hanya akrab dengan kesenangan-kesenangan inderawi tidak
akan bisa memahami apa yang dimaksud oleh Nabi saw. ketika bersabda bhwa ia
mencintai shalat lebih daripada wewangian dan wanita, meskipun keduanya itu
juga menyenangkan baginya. Tetapi orang yang mata-hatinya terbuka untuk melihat
keindahan dan kesempurnaan Allah akan meremehkan semua penglihatan-penglihatan
luar, betapa pun indah tampaknya semua itu.
Manusia yang hanya akrab dengan
kesenangan-kesenangan inderawi akan berkata bahwa keindahan ada pada
warna-warni merah putih, anggota-anggota tubuh yang serasi dan seterusnya,
sedang ia buta terhadap keindahan moral yang dimaksudkan oleh orang-orang
ketika mereka berbicara tentang orang ini dan orang itu yang memiliki tabiat
baik. Tetapi orang-orang yang memiliki persepsi yang lebih dalam merasa sangat
mungkin untuk bisa mencintai orang-orang besar yang telah jauh mendahului kita
– seperti kata Khalifah Umar dan Abu Bakar – berkenaan dengan sifat-sifat mulia
mereka, meskipun jasad-jasad mereka telah sejak dahulu sekali bercampur dengan
debu. Kecintaan seperti itu tidak diarahkan kepada bentuk luar melainkan kepada
sifat-sifat ruhaniah. Bahkan ketika kita ingin membangkitkan rasa cinta di
dalam diri seorang anak kepada orang lain, kita tidak menguraikan keindahan
luar bentuk itu atau yang lainnya, melainkan kunggulan-keunggulan ruhaniahnya.
Jika kita terapkan prinsip ini untuk
kecintaan kepada Allah, maka akan kita dapati bahwa Ia sendiri sajalah yang
pantas dicintai. Dan jika seseorang tidak mencintaiNya, maka hal itu disebabkan
karena ia tidak mengenaliNya. Karena alasan inilah, maka kita mencintai
Muhammad saw., karena ia adalah Nabi dan kecintaan Allah; dan kecintaan kepada
orang-orang berilmu dan bartakwa adalah benar-benar kecintaan kepada Allah.
Kita akan melihat hal ini lebih jelas kalau kita membahas sebab-sebab yang bisa
membangkitkan kecintaan.
Sebab pertama adalah kecintaan seseorang atas
dirinya dan kesempurnaan sifatnya sendiri. Hal ini membawanya langsung kepada
kecintaan kepada Allah, karena kemaujudan asasi dan sifat-sifat manusia tidak
lain adalah anugerah Allah. Kalau bukan karena kebaikanNya, manusia tidak akan
pernah tampil dari balik tirai ketidak-maujudan ke dunia kasat-mata ini.
Pemeliharaan dan pencapaian kesempurnaan manusia juga sama sekali tergantung
para kemurahan Allah. Sungguh aneh jika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar