seseorang mencari perlindungan dari panas
matahari di bawah bayangan sebuah pohon dan tidak bersyukur kepada pohon yang
tanpanya tidak akan ada bayangan sama sekali. Sama seperti itu, kalau bukan
karena Allah, manusia tidak akan maujud (ada) dan sama sekali tidak pula
mempunyai sifat-sifat. Oleh sebab itu ia akan mencintai Allah kalau saja bukan
karena kemasabodohan terhadapNya. Orang-orang bodoh tidak bisa mencintaiNya,
karna kecintaan kepadaNya memancar langsung dari pengetahuan tentangNya. Dan
sejak kapankah seorang bodoh mempunyai pengetahuan?
Sebab kedua dari kecintaan ini adalah
kecintaan manusia kepada sesuatu yang berjasa kepadanya, dan sebenarnyalah
satu-satunya yang berjasa kepadanya hanyalah Allah; karena, kebaikan apa pun
yang diterimanya dari sesama manusia disebabkan oleh dorongan langsung dari
Allah. Motif apa pun yang menggerakkan seseorang memberikan kebaikan kepada
orang lain, apakah itu keinginan untuk memperoleh pahala atau nama baik,
Allah-lah yang mempekerjakan motif itu.
Sebab ketiga adalah kecintaan yang
terbangkitkan oleh perenungan tentang sifat-sifat Allah, kekuasaan dan
kebijakanNya, yang jika dibandingkan dengan kesemuanya itu kekuasaan dan
kebijakan manusia tidak lebih daripada cerminan-cerminan yang paling remeh.
Kecintaan ini mirip dengan cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang besar
di masa lampau, seperti Imam Malik dan Imam Syafi’i, meskipun kita tidak pernah
mengharap untuk menerima keuntungan pribadi dari mereka. Dan oleh karenanya, cinta
ini merupakan jenis cinta yang lebih tak berpamrih. Allah berfirman kepada Nabi
Daud, “AbdiKu yang paling cinta kepadaKu adalah yang tidak mencariku karena
takut untuk dihukum atau berharap mendapatkan pahala, tetapi hanya demi
membayar hutangnya kepada KetuhananKu.” Di dalam Injil tertulis: “Siapakah yang
lebih kafir daripada orang yang menyembahKu karena takut neraka atau
mengharapkan surga? Jika tidak Kuciptakan semuanya itu, tidak akan pantaskah
Aku untuk disembah?”
Sebab keempat dari kecintaan ini adalah
“persamaan” antara manusia dan Allah. Hal inilah yang dimaksudkan dalam sabda
Nabi saw.: “Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan
diriNya sendiri.” Lebih jauh lagi Allah telah berfirman: “Hambaku mendekat
kepadaKu sehingga Aku menjadikannya sahabatKu. Aku pun menjadi telinganya,
matanya dan lidahnya.” Juga Allah berfirman kepada Musa as.: “Aku pernah sakit
tapi engkau tidak menjengukku!” Musa menjawab: “Ya Allah, Engkau adalah Rabb
langit dan bumi; bagaimana Engkau bisa sakit?” Allah berfirman: “Salah seorang
hambaKu sakit; dan dengan menjenguknya berarti engkau telah mengunjungiKu.” Bersambung
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar