Jum’at, 19
sya’ban 1434 H
Pondok Pesantren Awaluddin Kuo
Dengan Nama
Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan Nabi Muhammad
saw adalah utusan-Nya.
Pagi yang
cerah itu aku bangun dengan rasa penuh kebahagiaan yang menyesakkan dadaku,
dengan segudang keinginan dan harapan, namun ketakutan dalam hatiku mulai
muncul hingga membuatku berbalik arah, karna aku takut rasa itu membuatku jadi
lupa dan kufur kepada ALLAH, lalu kulumuri otakku dengan nafsu dan kubalut
tubuhku dengan dosa, kata-kata istigfarpun mengalir dari hati dan lisanku,
perasaan akan dosa-dosa kembali berbalut dengan hidupku yang membuatku tak mau
berpaling kepada siapapun selain dari memohon ampunan, keridhoan dan Rahmat
dari Allah swt.
Diruang tamu
dekat jendela aku mulai melihat dan merasakan nyawaku setiap hembusan nafasku
berkurang sedikit demi sedikit, sendi-sendi nadi berhenti, jangtung berdetup
dan hati mulai bergetar, saat itu kulihat dua matahari, satu yang bersinar
nyata dan satu lagi bersinar nyata di depanku. Matahari yang dihadapanku
mendekat dan masuk dalam kelopak mataku, seluruh badanku kedinginan, saat itu
pula aku merasakan dadaku sejuk yang sangat luar biasa laksana hujan salju yang
turun dinegeri yang tandus.
Sejenak
kupandangi cermin kecil yang ada dihadapanku, tak ada yang berubah hanya
sekelumit tentang masa gelap yang terbayang, dalam dadaku hanyalah kesunyian
yang terus bernyayi riang, kadang tertawa terbahak-bahak, kadang aku tak tau
bahasa-bahasa yang tersirat.aku hanya menghela lafas dan memuji Maha Suci
Engkau Ya Allah, Ya Tuhan Ku.
Terlalu
banyak waktu yang terlewati dengan perbuatan menuruti hawa nafsu dan syahwat,
bahkan sampai saat ini aku masih berjalan dalam perjalanan menipu diri dan
menganiaya serta berbuat zholim kepada diriku sendiri. Untaian kata-kata nasehat
dan bijak sana dari kabu mengalir laksana mata air yang membuat sungai
kehidupan yang berakhir pada sebuah muara, banyak nasehat-nasehat suci itu ku
abaikan bahkan hanya menjadi sebuah nyayian dipagi hari dan petang untuk
menunggu nafas terakhirku. “ Ya Allah, jika bukan karna ampunan dan rahmat-Mu
tentu aku akan berjalan tersesat dan buta di bumi kehidupan-Mu dan akan lebih
tersesat lagi di Negeri Akhirat-Mu, berilah petunjuk jalan yang benar dan
Engkau Ridhoi kepada kami ”.Abdan Al-Kahfi