SELAMAT DATANG DI HALAMAN KAMI


Selamat datang di Akun kami, Semoga dapat bermamfaat bagi kita semua

Kamis, 18 September 2014

Catatan Pagiku



Jum’at, 19 sya’ban 1434 H 
Pondok Pesantren Awaluddin Kuo
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya.

Pagi yang cerah itu aku bangun dengan rasa penuh kebahagiaan yang menyesakkan dadaku, dengan segudang keinginan dan harapan, namun ketakutan dalam hatiku mulai muncul hingga membuatku berbalik arah, karna aku takut rasa itu membuatku jadi lupa dan kufur kepada ALLAH, lalu kulumuri otakku dengan nafsu dan kubalut tubuhku dengan dosa, kata-kata istigfarpun mengalir dari hati dan lisanku, perasaan akan dosa-dosa kembali berbalut dengan hidupku yang membuatku tak mau berpaling kepada siapapun selain dari memohon ampunan, keridhoan dan Rahmat dari Allah swt.

Diruang tamu dekat jendela aku mulai melihat dan merasakan nyawaku setiap hembusan nafasku berkurang sedikit demi sedikit, sendi-sendi nadi berhenti, jangtung berdetup dan hati mulai bergetar, saat itu kulihat dua matahari, satu yang bersinar nyata dan satu lagi bersinar nyata di depanku. Matahari yang dihadapanku mendekat dan masuk dalam kelopak mataku, seluruh badanku kedinginan, saat itu pula aku merasakan dadaku sejuk yang sangat luar biasa laksana hujan salju yang turun dinegeri yang tandus.

Sejenak kupandangi cermin kecil yang ada dihadapanku, tak ada yang berubah hanya sekelumit tentang masa gelap yang terbayang, dalam dadaku hanyalah kesunyian yang terus bernyayi riang, kadang tertawa terbahak-bahak, kadang aku tak tau bahasa-bahasa yang tersirat.aku hanya menghela lafas dan memuji Maha Suci Engkau Ya Allah, Ya Tuhan Ku.

Terlalu banyak waktu yang terlewati dengan perbuatan menuruti hawa nafsu dan syahwat, bahkan sampai saat ini aku masih berjalan dalam perjalanan menipu diri dan menganiaya serta berbuat zholim kepada diriku sendiri. Untaian kata-kata nasehat dan bijak sana dari kabu mengalir laksana mata air yang membuat sungai kehidupan yang berakhir pada sebuah muara, banyak nasehat-nasehat suci itu ku abaikan bahkan hanya menjadi sebuah nyayian dipagi hari dan petang untuk menunggu nafas terakhirku. “ Ya Allah, jika bukan karna ampunan dan rahmat-Mu tentu aku akan berjalan tersesat dan buta di bumi kehidupan-Mu dan akan lebih tersesat lagi di Negeri Akhirat-Mu, berilah petunjuk jalan yang benar dan Engkau Ridhoi kepada kami ”.Abdan Al-Kahfi

Renungan Jum'at Sore



Pondok Pesantren Awaluddin Kuo", Sore jum’at itu aku duduk memandang langit yang ada diatas pondok pesantren Awaluddin Kuo, langit yang ku pandangan begitu menyejukkan mata, awan putih yang berarak dan menumpahkan hujan kemuka bumi ini begitu derasnya mempunyai nilai tersendiri dan kekaguman dalam hatiku, dengan nafas panjang aku berkata, begitu suci Engka Ya Allah.swt. rahmat-Mu meliputi segenap ciptaan-Mu. sore itu aku tidak melihat dua ekor burung yang selalu bertengger dikabal depan pondokku, aku bertanya dalam hati kemana burung yang selalu istikomah waktu yang selalu sempat berkunjung ketempatku ini, namun sementara aku menulis dan berbalik kearah jendela dibelakang tempatku menulis, aku melihat seekor burung itu telah bertengger diatas kabal dibawah curah hujan yang begitu lebat dan deras.entah kebahagian darimana yang timbul dalam hatiku,aku bertanya dalam hati kemana burung yang satunya pergi, mengapa ia tak datang bersama temannya, apakah dia kecewa sehingga meninggalkan teman,kekasih atau sahabatnya, apakah kekecewaan itu harus berujung pada sebuah perpisahan yang akhirnya akan meyisakan sayatan-sayatan kecil dalam hati sehingga luka itu semakin parah dan susah untuk bisa disembuhkan.
Begitu kuasa engkau Ya Allah, yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna. Burung yang tidak kau anugrahi akalpun bisa istikomah apalagi manuasia yang engkau ciptakan dengan segala kelebihanya.diatas sana burung berterbangan begitu banyak mengisasi langit Mu, burng-burung itu memuji akan karunia dan nikamat yang Engkau beriakan , dan dibumi-Mu cucu-cucu Adampun bermain dengan riang seakan-akan kehidupan untuk ahri esok sudah tak ada lagi,yang ada hanya tawa riang kebahagian, sehingga melupakan segalanya, setelah hujan reda semua beranjak pulang dan sebagian menyimpan kenangan kebahagian di hati dan sebahagian hanya menyisakan sayatan perpisah, karana keinginan masih ingin bersama dengan saudara,sahabat kekasih, namun waktu jua yang memisahkan mereka, Ya Allah,Ya Tuhanku tiada sia-sia Engkau ciptakan ini semua.
Setelah menulis paragraph diatas lalu aku menoleh kembali kejendela dibelakangku, untuk memastikan burung yang satu masih setia menunggu teman, sahabat atau mungkin itu sekeping hatinya,dan aku tertegun dan riang menyaksikan apa yang aku lihat, seekor burung yang satunya telah datang, aku lalu berkata dalam hatiku tiada sia-sia penantianmu makhluk Allah, penantianmu telah berujung pada sebuah pertemuan. engkau bahagia, tetapi aku lebih bahagia karna masih dapat menyaksikan kekuasan tuhanku disore hari ini.aku terdiam membisu dan berharap kepada Allah,Swt agar hati ini tetap dijaga menghadap kepada-Nya dan tidak pernah berpaling kepada makhluk-Nya.
Lika-liku ruas jalan yang kita lalui, menghadapkan kita kepada satu arah tujuan hidup kepada jalan yang hakiki (kembali kepada Allah), sering diperadapkan pada duah persimpangan kekiri atau jalan yang kekanan, jika kaki terletih dalam melangkangkah mungkin kita perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa letih tersebut, atau mungkin kita butuh kepada seoarang sahabat yang akan setia menemani kita dalam perjalanan hidup ini. Jika jalan yang kita lalui penuh dengan duri-duri, maka berjalanlah dengan pelan agar engkau tak tergores lalu singkirkan duri-duri itu sehingga suatu saat jalan yang engkau lalui diikuti oleh seseoarang dibelakangmu dapat berjalan dengan senang dan tampa ragu-ragu berjalan karna duri-duri itu telah kau singkirkan.jika engkau melewati sebuah persimpangan buatlah rambu-rambu atau tanda dipersimpangan itu agar orang tidak mengikuti jalan yang salah.