Berdzikir adalah mengingat Allah yang kemudian mengucap kalimat-kalimat
thoyyibah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shollalllahu álaihi
wassalam (mohon koreksi jika salah). Melakukan dzikir adalah suatu
perbuatan yang mudah dilakukan. Namun banyak diantara kita yang kadang
berat untuk melakukannya. Padahal banyak sekali faedah atau keutamaan
berdzikir.
Nah, agar kita terpacu(baca:bersemangat) untuk berdzikir, maka perlu
untuk kita mengetahui keutamaan-keutamaan berdzikir kepada Allah.
Berikut adalah Keutamaan-Keutamaan Berdzikir Kepada Allah dari kitab Al
Wabilush Shoyyib yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah.
(1) mengusir setan.
(2) mendatangkan ridho Ar Rahman.
(3) menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
(4) hati menjadi gembira dan lapang.
(5) menguatkan hati dan badan.
(6) menerangi hati dan wajah menjadi bersinar.
(7) mendatangkan rizki.
(8) orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
(9) mendatangkan cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.
(10) mendekatkan
diri pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan orang yang berbuat
ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
(11) mendatangkan
inabah, yaitu kembali pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin seseorang
kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun
akan kembali pada Allah dalam setiap keadaan.
(12) seseorang
akan semakin dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya pada Alalh
‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh
dari-Nya.
(13) semakin bertambah ma’rifah (mengenal Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.
(14) mendatangkan
rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin menundukkan diri
pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir, akan semakin
terhalangi dari rasa takut pada Allah.
(15) meraih apa yang Allah sebut dalam ayat,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.”
(QS. Al Baqarah: 152). Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain
yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang
disebut.
(16) hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟
“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
(17) hati
dan ruh semakin kuat. Jika seseorang melupakan dzikir maka kondisinya
sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan
bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan
beliau duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah
itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi
hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau
perkataan beliau yang semisal ini-.
(18) dzikir
menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati
adalah disebabkan karena lalai dari dzikir pada Allah. Sedangkan
kilapnya hati adalah dzikir, taubat dan istighfar.
(19) menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.
(20) menghilangkan kerisauan. Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan dzikir pada Allah.
(21) ketika seorang hamba rajin mengingat Allah, maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.
(22) jika seseorang mengenal Allah dalam keadaan lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
(23) menyelematkan seseorang dari adzab neraka.
(24) dzikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.
(25) dzikir
menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah
(menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.
(26) majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.
(27) orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
(28) akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
(29) karena tangisan orang yang berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
(30) sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada peminta-minta.
(31) dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
(32) dzikir adalah tanaman surga.
(33) pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir, tidak diberikan pada amalan lainnya.
(34) senantiasa
berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak mungkin melupakan-Nya.
Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara dirinya dalam
kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan Allah
menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang
yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
(35) dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
(36) dzikir
adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang dibukakan baginya
kemudahan dzikir, maka ia akan memperoleh berbagai kebaikan. Siapa yang
luput dari pintu ini, maka luputlah ia dari berbagai kebaikan.
(37) dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.
(38) orang
yang berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama dengan-Nya.
Kebersamaan di sini adalah dengan kebersamaan yang khusus, bukan hanya
sekedar Allah itu bersama dalam arti mengetahui atau meliputi. Namun
kebersamaan ini menjadikan lebih dekat, mendapatkan perwalian, cinta,
pertolongan dan taufik Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)
وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 249)
وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ‘Ankabut: 69)
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At Taubah: 40)
(39) dzikir
itu dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak, menafkahkan
harta, dan menunggang kuda di jalan Allah, serta juga dapat menyamai
seseorang yang berperang dengan pedang di jalan Allah.
Sebagaimana terdapat dalam hadits,
مَنْ
قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ
الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى
يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ
“Barangsiapa
yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul
mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam sehari
sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan 10 budak.”
(40) dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah bersyukur pada Allah Ta’ala orang yang enggan berdzikir. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz,
«
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ ».
فَقَالَ « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ
تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ »
“Wahai
Mu’adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi Allah, aku
mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku
menasehatkan kepadamu –wahai Mu’adz-, janganlah engkau tinggalkan di
setiap akhir shalat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika
wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan
bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu).” Dalam hadits ini digabungkan antara dzikir dan syukur. Begitu pula Allah Ta’ala menggabungkan antara keduanya dalam firman Allah Ta’ala,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
(QS. Al Baqarah: 152). Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan dzikir
dan syukur merupakan jalan untuk meraih bahagia dan keberuntungan.
(41) makhluk
yang paling mulia adalah yang bertakwa yang lisannya selalu basah
dengan dzikir pada Allah. Orang seperti inilah yang menjalankan perintah
dan menjauhi larangan Allah. Ia pun menjadikan dzikir sebagai
syi’arnya.
(42) hati
itu ada yang keras dan meleburnya dengan berdzikir pada Allah. Oleh
karena itu, siapa yang ingin hatinya yang keras itu sembuh, maka
berdzikirlah pada Allah.
Ada yang berkata kepada Al Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan
padamu akan kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata, “Lembutkanlah dengan
dzikir pada Allah.”
Karena hati ketika semakin lalai, maka semakin keras hati tersebut.
Jika seseorang berdzikir pada Allah, lelehlah kekerasan hati tersebut
sebagaimana timah itu meleleh dengan api. Maka kerasnya hati akan
meleleh semisal itu, yaitu dengan dzikir pada Allah ‘azza wa jalla.
(43) dzikir
adalah obat hati sedangkan lalai dari dzikir adalah penyakit hati. Obat
hati yang sakit adalah dengan berdzikir pada Allah.
Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat
(bagi hati). Sedangkan sibuk membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah
penyakit.”
(44) tidak
ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan
selamat dari murka-Nya selain dzikir pada Allah. Jadi dzikir adalah
sebab datangnya dan tertolaknya murka Allah. Allah Ta’alaberfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7). Dzikir adalah inti syukur sebagaimana telah
disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan
semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.
(45) dzikir
menyebabkan datangnya shalawat Allah dan malaikatnya bagi orang yang
berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan
malaikat, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41)
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ
وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
“Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi
dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab: 41-43)
(46) dzikir
kepada Allah adalah pertolongan besar agar seseorang mudah melakukan
ketaatan. Karena Allah-lah yang menjadikan hamba mencintai amalan taat
tersebut, Dia-lah yang memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat
melakukannya. Begitu pula Allah yang menjadikan amalan tersebut sebagai
penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa gembira. Orang yang rajin
berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa berat ketika melakukan
amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang lalai dari
dzikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.
(47) dzikir
pada Allah akan menjadikan kesulitan itu menjadi mudah, suatu yang
terasa jadi beban berat akan menjadi ringan, kesulitan pun akan
mendapatkan jalan keluar. Dzikir pada Allah benar-benar mendatangkan
kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.
(48) dzikir
pada Allah akan menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan
ketenangan akan selalu diraih. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir
akan selalu merasa takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.
(49) dzikir
akan memberikan seseorang kekuatan sampai-sampai ia bisa melakukan hal
yang menakjubkan. Itulah karena disertai dengan dzikir. Contohnya adalah
Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan
kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari sama halnya
dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama seminggu
atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal sangat
kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.
(50) orang
yang senantiasa berdzikir ketika berada di jalan, di rumah, di lahan
yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya
mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi,
gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi seseorang di hari kiamat. Kita
dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا
زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ
أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ
أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
“Apabila
bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia
bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi
menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan
(yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)
(51) jika
seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari
perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu
domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia, dan mencela manusia.
Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan
yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi
lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa
jika tidak tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan
dengan hal yang sia-sia.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
CATATAN PENTING:
Hendaknya
kita berdzikir sesuai dengan yang diajarkan oleh Allah melalui
RasulNya, agar ibadah kita bernilai atau tidak sia-sia. Ingat,
Rasulullah adalah manusia yang paling bertakwa dan beliaulah yang paling
tau cara ibadah kepada Allah. Sehingga jika ada yang berdzikir tidak
sesuai dengan tuntunan beliau dan mengatakan dzikir tersebut adalah
lebih baik (walaupun menurut kita cara apa yang dibaca itu indah dan
lebih buanyaaak jumlahnya dibanding ketetapan), maka Anda harus
waspada/berhati-hati.
Amalan
yang sedikit tapi sesuai dengan sunnah Nabi lebih baik dibanding Amalan
yang banyak namun tidak sesuai dengan sunnah Nabi. Jadi mari banyak
beramal kebaikan yang sesuai dengan sunnah Nabi.
Selamat berdzikir semoga kita mendapatkan Keutamaan-Keutamaan Berdzikir Kepada Allah seperti poin-poin di atas.
Sumber:http://www.tanthowi.com/2013/12/keutamaan-faedah-berdzikir-kepada-Allah.html